Senin, 01 Juni 2009

TERCABUTNYA ILMU

TERCABUTNYA ILMU

PEMBUKAAN


Mengawali pembahasan makalah yang berjudul “ Tercabutnya Ilmu “ dari muka bumi kita tercinta ini perlulah kiranya dibahas apa yang tersirat dibali kata tercabut itu sendiri .. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering kita dengar bahwa Allah itu akan menghilangkan ilmu tidak dengan mencabutnya dari hati para ulama akan tetapi Allah akan menghilangkan ilmu dengan mewafatkan ulama, bagi kita haruslah mem bangkitkan generasi para ulama lagi. Dengan harapan yang tentunya juga harapan manusia yang sadar sebagai makhluq dha’if agar Allah menjauhkan kita dari bala dan musibah dengan sirnanya ulama .
Karena kalau ulama sampai tidak ada sebagaimana Rasul s.a.w. bersabda bahwa nanti pada suatu saat ulama tidak akan tersisa, yang akan menciptakan keadaan ummat mulai mengambil para imam – imam, para guru – guru yang tidak mengerti ilmu,yang jika mereka ditanya, tidak mampu menjawab hanya sekedar berfatwa semaunya, sunnah dibilang bid’ah, yang baik dibilang musyrik, ibadah dibilang syirik, doa-doa dilarang, ziarah dilarang, karena memang tidak memiliki ilmu dan kesempitan ilmu dari syariah hadits. Mereka sesat dan menyesatkan .
Demikian sedikit pengantar makalah ini yang tentunya nanti juga akan dibahas tahapan – tahapan pencabutan ilmu sekaligus implikasi sosialnya terhadap keadaan ummat berdasarkan beberapa Hadits yang diriwatkan Imam Bukhari dan Muslim yang dapat dipercaya kebenarannya . Mudah-mudahan bahasan ini bisa bermanfaat dan membawa kita kedalam nuansa semangat tetap menabur benih ilmu untuk menumbuhkan bibit-bibit Ulama baru dimasa yang akan datang . Amin






PEMBAHASAN

A. ARTI TERCABUTNYA ILMU DARI MANUSIA
Berdasarkan atas Hadis Nabi Muhammad s.a.w. :

إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُسًا جُهَّالًا فُسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا

Arinya : “Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali mencabutnya dari manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’ se -hingga apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama’pun, maka manusia pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. Mereka (para pemimpin tsb) ditanyai, lalu merekapun memberikan fatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (manusia)” .[HR.Al-Bukhory ] [ ]
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menje laskan makna hadits di atas, "Hadits ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para pengha fal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin da lam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan kejahilan-kejahilan nya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang lain".[ ]
Alangkah banyaknya sekarang pemimpin dan ustadz-ustadz seperti ini yang diang kat oleh manusia sebagai seorang ulama’ dan ustadz. Padahal ia tidaklah pantas dijadi kan panutan, karena ia jahil. Kalaupun ia berilmu, namun ilmu itu di buang di belakang punggungnya. Manusia jenis ini banyak bermunculan bagaikan jamur di musim hujan.
Coba lihat disana, manusia mengangkat seorang pelawak yang bisanya cuma tertawa dan menggelitik para pendengar sebagai “da’i sejuta ummat”.
Dari arah lain, muncul para normal yang dulunya dijauhi oleh manusia, karena dike nal memiliki sihir yang kemudian berubah menjadi “da’i sejuta ummat”, karena seke- dar pernah memimpin dzikir jama’ah yang dihadiri oleh sebagian kiyai jahil dan orang-orang yang memiliki kedudukan apalagi hanya ditunjang oleh harta yang didapat dari kerja di Arab Saudi dengan peci putih cirri khs orang yang telah menunaikan ibadah Haji .
Artis pun tak ketinggalan ambil job dalam kancah dakwah dengan bermodalkan se mangat kemampuan tampil di depan publik dan wajah ganteng sebagai modal dengkul untuk menarik ummat menuju ke neraka dengan berdakwah tanpa ilmu akan mengantar kan dirinya berbicara tanpa batas, sehingga terkadang ia telah merusak dan menghancur kan agama pendengarnya . Lebih para lagi, jika dakwah yang ditangani oleh orang jahil dihiasi dengan perkara-perkara yang melanggar syari’at, seperti dakwah dihiasi dengan musik dengan goyangan hot dengan istilah "Nada dan Dakwah". Ini adalah cara dak -wah yang keliru, karena menyalahi tuntunan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- . Dengarkan Nabi -Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda dalam mengharamkan music ;

لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنِ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
Artinya : "Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akan menghalal kan zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik". HR. Al-Bukhoriy] [ ]

Muhaddits Negeri Syam Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy rahima hullah berkata dalam kitabnya Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105), “Sesungguhnya para ulama dan fuqoha diantaranya empat imam madzhab sepakat mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf ”.

B. TAHAPAN PENCABUTAN ILMU DAN IMPLIKASI SOSIALNYA
Setelah banyak diantara ajaran agama, dan sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang dilalaikan orang sehingga kadang menjadi sesuatu yang mahjur (ditinggal kan), kesibukan dengan dunia menyebabkan akan semakin cinta kepadanya, dan takut mati untuk menghadap Allah Ta’ala, seakan-akan mengharapkan diri dan harta benda agar kekal di dunia, tanpa menghadapi hisab.
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits ;

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
Arinya :"Islam muncul dalam kedaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaima na ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]
Dalam keterasingan terhadap agama dan kesibukan urusan dunia ,maka muncullah para pengaku Nabi atau Rosul yang sebenarnya mereka itu adalah Dajjal Pendusta sebagaiman dalam hadits :
قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اللَّهِ، لَا تَقُومُ السَّاعَةُ َحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ، أَنَّهُ رَسُولُ وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُوَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ

Sabda Rasulullah saw : “Tiada akan datang hari kiamat hingga dimunculkan dajjjal dajjal pendusta, sekitar tiga puluh jumlahnya, kesemuanya mengaku sebagai utusan Allah, dan hingga tercabutnya ilmu, dan kerap kalinya gempa bumi, dan semakin dekatnya waktu, dan munculnuya fitnah fitnah, dan banyaknya pembunuhan, dan kemudian berlimpahnya harta pada kalian” (Shahih Bukhari) .
Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda dekatnya hari kiamat sebagaimana hadits Nabi:

أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَ يُثْبَتَ الْجَهْلُ

Artinya :“Diantara tanda-tanda kiamat: Diangkatnya ilmu, dan kokohnya (banyak nya) kejahilan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (80), dan Muslim dalam Shohihnya (2671)]

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ
Arinya :“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]

Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, Dajjal sudah banyak, para alim ulama sudah banyak pula yang yang tak peduli terhadap urusan agama Allah, tapi lebih sibuk memi kirkan urusan duniawai apalagi urusan partai dan sebagainya maka telah benar-benar ka but kejahilan menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam maksiat berupa pembu nuhan, pencurian, perzinaan, dan kerakusan terhadap harta yang diakibatkan oleh hi -langnya ilmu agama yang bermanfaat di tengah manusia sebagaimana dibambarkan ole Nabi Muhammad dalam haditsnya ;

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ

Arinya :“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah (masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”.[ ]





PENUTUP / KESIMPULAN

Dalam bahasan makalah “ tercabutnya ilmu “ serta tahapan pencabutan ilmu dan implikasi sosialnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

Maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para pengha fal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin da lam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berda sarkan kejahilan-kejahilan nya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang lain.

Banyak tanda-tanda datangnya akhiruz zaman yang semakin mendekatkan kita pada datangnya hari qiyamat sesuai hadits Nabi diantaranya ; datangnya Dajjal sang Pendusta yang mengaku Nabi atau Rosulullah, meninggalnya para Ulama yang sampai tidak tersisa, diangkatnya pemimpin yang bodoh tidak tahu hukum agama dan hadits yang akhirnya tersesat dan menyesatkan sehingga tersebarlah berbagai macam maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinaan, perebutan kekuasaan yang menghalalkan segala cara dan kerakusan terhadap harta yang semua ini diakibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang bermanfaat di tengah manusia .Naudzu Billaahi Mindzalik ..
DAFTAR RUJUKAN



1. Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj , cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arabiy

2. 1100 Kumpulan Hadits Bukhari, - Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar